Tangisan Rakyat dan Bangsa Indonesia - Suara Marhaen
Headlines News :
Home » » Tangisan Rakyat dan Bangsa Indonesia

Tangisan Rakyat dan Bangsa Indonesia

Written By Unknown on Saturday, April 13, 2013 | 12:39 AM

Perjuanganku Lebih Mudah Karena Melawan Penjajah,Tapi Perjuanganmu Lebih Ulit Karena Dirimu Melawan Bangsamu Sendiri” (Soekarno)
suaramarhaen.com. Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 merupakan suatau pengakuan Pemuda-pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Momentum tersebut merupakan buah dari perjuangan rakyat Indonesia yang telah sekian lama tertindas dan terjajah di bawah kolonialisme Belanda. Sumpah Pemuda merupakan sebuah landasan kebangkitan nasional, sebuah perekat persatuan bangsa dan Negara Indnesia, menjadi hari pusaka seperti halnya pancasila.
Delapan puluh dua tahun telah berlalu saat pemuda Indonesia berjuang untuk tanah air dan kemerdekaan Indonesia. Namun bangsa Indonesia masih dalam krisis, terjerumus kembali ke penjajahan model baru. Kedaulatan Indonesia tercederai oleh merasuknya paham liberal dan kapitalis di Indonesia, sehingga negeri yang kaya ini belum bias mensejahterakan rakyatnya.

Indonesia yang banyak diagung-agungkan oleh bangsa karena keberlimpahan sumber daya alamnya menjadi boomerang yang menyengsarakan rakyat. Hal ini, karena bangsa lain masih dengan bebas dan leluasa mengruk isi bumi pertiwi kita. Imprealisme masih berhasrat untuk menguasai sumber daya yang berlimpah. Tembaga Pura di Irian jaya sampai saat ini masih dikuasai oleh Freeport yang tidak lain adalah perusahaan Amerika, blok cepu yang dikuasai oleh anak perusahaan dari Exxon Mobil Corporation dan blok Santos di Madura dieksploitasi Petronas Malaysia. Belum lagi dengan banyaknya perkebunan-perkebunan berskala besar yang hingga saat ini masih dikuasai asing. Menjadi gambaran bahwa Indonesia masih belum merdeka secara seutuhnya.
Hak-hak rakyat masih diabaikan oleh rezim pemerintahan yang masih berkuasa saat ini. Pendidikan yang merupakan sebuah investasi untuk membangun bangsa belum mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah. Pendidikan dijadikan komoditi “bisnis” ternyata belum mampu menjangkau rakyat miskin untuk ikut menikmatinya. Pendidikan yang ansih terpusat di kota besar sehingga banyak desa yang belum mendapatkan fasilitas yang layak untuk sekolah. Mahalnya biaya pendidikan dan system yang masih berantakan menjadikan pendidikan hanya sebagai jalan untuk memperoleh pekerjaan.
Disisi lain sikap individualisme mulai merasuk di sebagain masyarakat yang hanya mementingkan dirinya sendiri timbul karena semakin mahalnya biaya untuk kehidupannya.
Kemiskinan dimana-mana, kelaparan menjadi cermin bahwa kehidupan rakyat masih belum bisa disebut sejahtera. Di tengah gembar-gembor pemerintah terhadapan kemajuan dan perkembangan perekonomian di Indonesia, pemerintah melupakan bahwa perekonomian mikro masih mengalami keterpurukan. Harga pangan semakin mahal dibarengi dengan kebijakan-kebijakan yang tidak mampu menjawab akar persoalan kemiskinan itu. Salah satunya BLT atau Bantuan Langsung Tunai, digunakan sebagai kompensasi kenaikan harga BBM. Kebijakan itu tidak akan menyelesaikan permasalahan kemiskinan karena tidak berdampak luas dan sstemis terhadap perekonomian nasional.
Negara Indonesia yang mendapat gelar sebagai Negara agraris karena potensi alam yang dimiliki dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Kebijakan ketahanan pangan yang masih menyisakan celah untuk melahirkan kebijakan Impor komoditi pangan dari luar negeri. Kebijakan impor beras dan gula menjadi sebuah lonceng kematian petani kita. Digunakan sebagai pembenaran di tengah ketidak berdayaan pemerintah menangani sektor pertanian. Petani dan rakyat menangis, namun apakah pemimpin kita mendengarkan tangissan itu?
Bumi Indonesia seolah ikut tergucang, seiring banyaknya bencana alam yang akhir-akhir ini malanda negeri kita. Banjir di wasior Papua, gempa dan Tsunami di Mentawai Sumatra barat dan meleusnya gunung merapi di jawa barat. Bencana alam yang terjadi seakan menambah penderitaan mereka yang menjadi korban.
Hari-hari dengan semangat Sumpah Pemuda adalah momentum untuk pemuda Indonesia kembali bersatu dan merapatkan diri pada baris perjuangan demi bangsa dan Negara Indonesia. Wahai pemuda Indonesia lepaskan dirimu dari belenggu Individualisme karena sesungguhnya kita adalah satu.
Share this article :

0 comments :

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Suara Marhaen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger