Kakek Sumadia : Dari Satpam Kampus, Dinas Kebersihan hinggan Tukang Tambal Ban - Suara Marhaen
Headlines News :
Home » , » Kakek Sumadia : Dari Satpam Kampus, Dinas Kebersihan hinggan Tukang Tambal Ban

Kakek Sumadia : Dari Satpam Kampus, Dinas Kebersihan hinggan Tukang Tambal Ban

Written By Unknown on Friday, April 26, 2013 | 8:10 AM


suaramarhaen.com, Denpasar. Lampu lalu litas silih berganti, diikuti bergerombol kendaraan lalu lalang siang itu. Ruas jalan yang selalau macet di pagi dan siang hari, penuh dengan lalu lalang sepeda motor. Jalan itu tak lain adalah jalan Jendral Sudirman Denpasar.
Kehidupan kota Denpasar tidak seindah yang kita lihat. Di sudut-sudut kota masih dapat kita temui mereka yang berjuang menghadapi kerasnya ibu kota. Begitupun disalah satu sisi jalan Jendral Sudirman kita bisa temui seorang tua berjuang melawan kerasnya kehidupan.
Dia adalah Ketut Sumadia. Seorang kakek penjaga tanah kosong milik Universita Udayana. Gubuk kayu berdindingkan triplek menjadi ruang untuknya berteduh dari hujan dan panasnya mentari. Disela-sela waktu luangnya, kakek yang berumur sekitar 80an tahun ini menjadi tukang tambal ban. "Saya sudah hampir 50 tahun menjadi tukang tambal ban, kadang rame kadang sepi" ujarnya sambil trus memeriksa dengan teliti ban motor pelangganya.
Sudah tiga tahun dia tinggal di gubuk itu. Sebelumnya kakek Sumadia bekerja menjadi satpam di rumah jabatan Rektor Unud dari tahun 1970an. Pengabdian yang lama sudah dia jalani. Namun hingga usia senja, kakek yang berasal dari desa Bungkulan Buleleng ini masih berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Kalau ga kerja ga bisa makan dan nyekolahin anak" tutur kakek yang tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah. Menyekolahkan anak adalah hal yang sangat penting baginya. Karena pendidikan yang menetukan masa depan anaknya.
Kakek sumadia yang juga menjadi petugas DKP berharap. Pemerintah lebih memperthatikan masyarakat kecil sepertinya. Cermin dari ketidak merataan pembangunan di Bali. Pertumbuhan ekonomi makro selarah dengan meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD). Namun disisi lain ketimpangan antara si miskin dan si kaya semakin kelihatan. Salah satu contohnya kakek sumadia, yang hingga pada usia senjanya masih setia untuk membersihkan ruas jalan Sudirman setiap pagi.(kd)
Share this article :

1 comments :

  1. Ia.
    seharusnya pemerintah bisa melihat penderitaan rakyat kecil.
    dpr itu adalah dewan perwakilan rakyat, bukan DEWAN PENGHABIS UANG RAKYAT.
    jadi perhatikan rakyat. jgn disaat pemilihan memberikan kata" manis.
    kami rakyat kecil SUDAH KENCING MANIS MENDENGAR KATA" MANIS BAPAK.
    SEKARANG SAATNYA BAPAK BEKERJA UNTUK KAMI!!!!!!!!!!

    ReplyDelete

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Suara Marhaen - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger