suaramarhaen.com, Blitar. Sarinah, sosok perempuan yang menjadi simbol dari perempuan
Indonesia. Dia bersaudara kembar, yaitu sarinah dan sainah. Sarinah sendiri
adalah pengasuh Bung Karno dan sainah adalah juru masak keluarga Bung Karno.
Perempuan dan laki-laku bagai sayap burung, jika satunya tidak ada, maka burung
itu tidak bisa terbang. Itu sepenggal kalimat yg tertulis di Buku Sarinah,
salah satu karya bung Karno yang menceritakan tentang perempuan dan pergerakan.
Perempuan itu wadah, bisa menampung segala sesuatu.
Per-empu-an, empu seorang yang ahli.
Pada dasarnya perempuan lebih cerdas dari laki-laki. "Kebudayaan lahir dr
perempuan, membuat keluarga menikmati rasa "enak". Membuat bumbu.
Selain itu perempuan juga melahirkan kebudayaan bercocok tanam" ujar Pak Bambang Mardiyono saat bercerita di Istana Gebang, rumah Bung Karno (4/6).
Laki-laki pergi berburu, mengumpulkan bahan makanan. Dan
perempuan yang mengolahnya. Dari sanalah. Ketika kaum laki pergi berburu disana
perempuan mulai menanam benih tanaman. Kebudayaan itu lahir dan berakar dari
bercocok tanam atau agraris.
Lebih lanjut beliau yg akrab dipanggi Pak Gudel itu
bercerita. Blitar adalah tempat yang berkharisma. Tungku, api dan abu
perjuangan bangsa dan peradaban nusantara ada di Blitar. Istana Gebang adalah
Tungku perjuangan, lahirnya seorang putra Bangsa yang membawa Indonesia menuju
pintu gerbang kemerdekaan. Perpustakaan Bung Karno di blitar adalah api
perjuangan. Disana tersimpan pemikiran-pemikiran Bung Karno untuk Bangsa
Indonesia. Makam Bung Karno adalah abu dari perjuangan Indonesia. "Tak ada
artinya berziarah ke makam Bung Karno jika tidak mendalami pemikirannya. Warisi
apinya bukan abunya" ujar Pak
Gudel. "Sarinah, Siapa yang anti Indonesia akan hancur" tutupnya
sambil berfoto bersama di ruang tamu istana Gebang.
0 comments :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !