Anak Rakyat, Dari
Rakyat Untuk Amanat Penderitaan Rakyat
Suaramarhaen.com, Blitar. Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GmnI) melaksanakan Kongres pada 1-5 Juni 2013. Kongres ke-XVIII ini bertempat di Blitar yang
sudah dimandatkan sebelumnya dalam Kongres di Balikpapan.
“Dikatakan Kongres Kerakyatan untuk merumuskan keinginan
kawan-kawan blitar yang ingin agar Kongres di Bumi Bung Karno ini berbeda dari kongres
sebelumnya. Senada dengan apa yang diamanatkan Bung Karno dalam konverensi
besar GmnI di Kaliurang dalam pidatonya agar mahasiswa dapat duduk bersama-sama
dengan rakyat” Ujar Bernad Ketua Badan Pekerja Kongres XVIII GmnI ketika
ditemui usai acara pembukaan. Melihat situasi kebangsaan kita yang belakangan
ini berada pada tahap titik degradasi moral yang semakin rendah. Dimana moral
anak bangsa harus segera dibenahi. Penemuan kembali semangat kebangsaan yang
semakin menipis.
Agenda Kongres anak rakyat, dari rakyat untuk amanat
penderitaan rakyat adalah Persidangan pengesahan peserta, jadwal dan tata
tertib sampai dengan pemilihan Presidium yang baru. Kemudian ada juga persidangan
komisi yang akan membahas permasalahan politik, program-program, dan organisasi
di GmnI.
Dalam Kongres kali ini, dipersembahkan hasil gotong royong beberapa
seniman dari Kota Blitar yaitu Lukisan Bung Karno terbesar di dunia. Dan
dimeriahkan dengan pasar murah serta festival hiburan rakyat.
Pada pembukaan diundang pemerintah Provinsi Jawa Timur,
Pemerintah Kabupaten Blitar, pemerintah Kota Blitar, Pengurus kota alumni GmnI,
masyarakat kota Blitar dan sekitarnya. Sedangkan peserta Kongres yang terdaftar
hingga 1 juni ada 90 cabang dari 112 cabang yang mengirimkan 3 orang delegasi.
Sedangkan ada beberapa kader yang bukan delegasi juga hadir untuk meramaikan
kongres.
Acara pembukaan Kongres Kerakyatan GmnI ini di buka oleh Dr. H. Soekarwo, S.H, M.Hum,
Gubernur Jawa Timur yang juga merupakan Ketua Persatuan Alumni GmnI Pusat.
Dalam sambutannya Gubernur yang akrab dipanggil Pak De Karwo ini berpesan agar
hasil Kongres bukan merupakan suara liberal melainkan benar-benar hasil
Musyawarah Mufakat. “Capai musyawarah mufakat sesuai dengan pancasila. Bukan
dengan suara terbanyak. Masak 1 orang waras harus tunduk pada 9 orang gila” Ungkap
beliau. (nna)
0 comments :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !