suaramarhaen.com, Blitar. Tempat tinggal orang tua Bung
Karno yang terletak di Jalan Sultan Agung No 59, Sananwetan - Blitar atau yang
terkenal dengan sebutan Istanah Gebang hari ini (2/6) tampak sangat ramai.
Kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) tampak memenuhi areal
sekitarnya. Sebelum agenda Kongres di mulai, beberapa kader yang bukan delegasi
Kongres menyempatkan diri memperdalam sejarah mengenai Istanah Gebang ini.
Ditemani oleh pak Bambang
Mardiyono yang ditunjuk sebagai salah satu pengelola tempat tersebut beberapa
kader GmnI tampak menyimak sejarah
mengenai Bung Karno. Bapak yang akrab di panggil Mbah Gudel ini bercerita bahwa
Ayahanda Bung Karno pada tahun 1884 membeli Rumah itu dari seorang Belanda yang
bekerja sebagai pegawai kereta api . Bung Karno sendiri tidak memiliki waktu
yang lama tinggal di rumah tersebut. Hanya ketika liburan sekolah padamasa
remajanya dan ketika telah menjadi presiden hanya datang ketika menengok
Ibundanya.
Rumah ini ditetapkan sebagai museum
dan dikelola oleh pemerintah kota sejak 7 Januari 2012 setelah sebelumnya
merupakan sebuah cagar budaya yang dikelola oleh keluarga Bu Sukarmini. Sempat
sebelum ditetapkan sebagai Museum pihak keluarga berkeinginan menjual rumah
tersebut kepada pihak swasta. Namun karena statusnya sebagai Cagar Budaya tentu
akan menyalahi Undang-Undang Cagar Budaya maka rumah tersebut hanya dapat
dijual ke Pemerintah.
Menurut cerita Mbah Gudel, tidak
banyak kejadian penting yang terjadi di Istana Gebang. Hanya saja rumah itu
seolah memiliki kesakralan sendiri karena dari sana terlahir tokoh besar
seperti Bung Karno. Beberapa masyarakat juga mempercayai kesakralan area Istana
tersebut. Seperti dengan air dari Sumur Tua
yang dipercayai dapat menyembuhkan penyakit hingga api dari tungku
dapur.Di halaman belakang rumah tersebut dulu Supriyadi menemui Bung Karno
untuk mengatakan bahwa pemuda ingin memberontak Jepang. Di Istana itu juga Bung
Karno pernah menjadi dalang dalam pagelaran wayang kulit. Rumah tersebut juga
dikatakan sebagai pemersatu Bangsa. Karena dulu Bung Karno pernah mempertemukan
tokoh dari sabang sampai merauke dalam suatu acara.
“Saya harap dari dilaksanakannya
Kongres GmnI XVIII di Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja ini adik-adik GmnI dapat
tetap menghadirkan spirit dari Perjuangan Bung karno dulu dan bisa berbuat
untuk Bangsa dan Negara Indonesia ini” Ujar Mbah Gudel diakhir ceritanya.(nna)
0 comments :
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !